Eksplorasi Desa Tapin Bini di Kabupaten Lamandau

Indonesia, Tempat Wisata, Travel Vlog

Desa Tapin Bini, yang terletak di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, adalah salah satu destinasi yang menarik untuk dijelajahi jika kamu ingin merasakan kehidupan dan budaya masyarakat Dayak di Borneo. Saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi desa ini selama perjalanan saya, dan saya ingin berbagi pengalaman menarik yang saya dapatkan selama kunjungan saya ke Desa Tapin Bini.

Asal Usul Nama “Tapin Bini”

 

Berkunjung ke Desa Tapin Bini Kabupaten Lamandau
Watch this video on YouTube.
Subscribe ke Youtube Fahmi Catperku.com ya!

 

My Instagram : instagram.com/catperku
My Youtube : youtube.com/@catperku

Nama “Tapin Bini” memiliki asal usul yang menarik. Nama ini diambil dari nama tempat pemandian para wanita pada zaman dulu, yaitu “Topit Bini” atau tempat perempuan mandi.

Pada masa lalu, masyarakat Desa Tapin Bini tinggal agak jauh dari sungai yang disebut Dukuh Bolau.

Namun, pada masa penjajahan Belanda, pemerintah ingin agar masyarakat tinggal di tepi sungai, sehingga mereka pun memindahkan tempat tinggal mereka ke daerah tepian sungai yang memiliki banyak riam.

Di Desa Tapin Bini, masyarakat tinggal di rumah panggung yang tinggi.

Pada awalnya, ada beberapa rumah tinggi sebagai tempat tinggal mereka.

Meskipun saat ini masih ada sisa-sisa rumah tinggi tersebut, seperti Dinding Tambi, namun sebagian besar penduduknya kini tinggal di rumah-rumah modern.

Keberagaman Agama

Desa Tapin Bini mencerminkan keberagaman agama yang menarik. Pada awalnya, masyarakatnya menganut aliran kepercayaan asli Kalimantan, yaitu Kaharingan.

Namun, seiring berjalannya waktu dan datangnya para misionaris, mayoritas masyarakatnya beralih ke agama Kristen dari Gereja Kalimantan Evangelis.

BACA JUGA :  Riding Ke Pantai Baron, Kena Macet Di Jalan [ Jelajah Wisata Pantai Gunung Kidul Part 1 ]

Selain agama Kristen, ada juga yang menganut agama Katolik dan Islam. Meskipun begitu, beberapa orang tua di desa ini masih mempertahankan kepercayaan Kaharingan mereka.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama masyarakat asli Desa Tapin Bini adalah berladang, mencari ikan, dan berburu.

Budaya berladang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak lama.

Mereka menyebutnya “babas,” yang merujuk pada tanah atau hutan yang pernah mereka garap.

Biasanya, mereka mengerjakan satu babas selama sekitar dua tahun sebelum berpindah ke babas lainnya.

Tujuan dari praktik ini adalah untuk menjaga kealamian tanah dan melestarikan ekosistem.

Saat panen tiba, mereka mengadakan upacara adat yang disebut “Mahaluai’i” sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Upacara ini biasanya diadakan pada bulan Februari setiap tahunnya.

Ini adalah momen penting dalam budaya mereka yang menunjukkan koneksi erat antara masyarakat Desa Tapin Bini dengan alam.

Keunikan Musim Buah

Salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu oleh penduduk Desa Tapin Bini adalah musim buah.

Musim ini biasanya dimulai pada bulan Oktober dan berlangsung hingga Januari.

Desa Tapin Bini dikenal sebagai daerah yang kaya akan berbagai jenis buah-buahan lokal, seperti Durian, Langsat, Duku, Cempedak, Manggis, Kweni, dan masih banyak lagi.

Durian adalah salah satu buah yang sangat diidolakan oleh penduduk setempat.

Di wilayah Dukuh Bolau, masih banyak pohon durian yang menjadi warisan berharga bagi masyarakat Tapin Bini dan sekitarnya.

Selama musim buah, ada tradisi yang disebut “Nyandau,” di mana penduduk menunggu buah durian jatuh. Proses ini bisa berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Ketika buah durian jatuh, mereka kemudian mengupas dan mengambil daging buahnya.

Daging durian ini sering dimasukkan ke dalam stoples untuk disimpan.

BACA JUGA :  Tutorial Cara Membuat Sake di Jepang: Rahasia dari Minuman Beralkohol Tradisional

Hal ini dilakukan karena buah durian melimpah, dan banyak warga dari kampung-kampung sekitar juga ikut berpartisipasi dalam proses Nyandau di Dukuh Bolau.

Keindahan Bukit Bolau

Desa Tapin Bini, yang berlokasi di perbukitan, memiliki daya tarik alam yang menarik, yaitu Bukit Bolau.

Bukit ini telah menjadi destinasi populer bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Banyak pengunjung yang berhasil mendaki bukit ini, bermalam di atasnya, dan menyaksikan panorama yang luar biasa, seperti negeri di atas awan.

Dengan perjalanan mendaki yang menantang, kamu akan disuguhkan dengan pemandangan alam yang memukau dari puncak Bukit Bolau.

Rasa lelah dari perjalanan mendaki akan terbayar dengan pemandangan matahari terbit atau terbenam yang spektakuler.

Ini adalah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan jika kamu mengunjungi Desa Tapin Bini.

Akses Menuju Desa Tapin Bini

Pada masa lalu, akses menuju Kampung Tapin Bini hanya bisa dilakukan melalui jalur sungai.

Perjalanan dari Pangkalanbun ke desa ini biasanya memakan waktu 2-4 hari, tergantung pada kondisi air sungai Lamandau.

Namun, saat ini sudah ada akses darat yang dapat digunakan meskipun belum semuanya diaspal, tetapi relatif bagus.

Ada beberapa jalur darat yang dapat dilalui, salah satunya adalah jalan negara yang sekitar 50 kilometer dari Kota Nanga Bulik ke arah Kalimantan Barat sebelum Desa Penopa.

Kesimpulan

Kunjungan ke Desa Tapin Bini di Kabupaten Lamandau adalah pengalaman yang sangat berkesan.

Dari nama unik desa ini hingga keanekaragaman budayanya, kamu akan merasa terinspirasi oleh kehidupan masyarakat Dayak yang mempertahankan tradisi mereka sambil menjalani kehidupan modern.

Musim buah yang melimpah dan keindahan Bukit Bolau adalah bonus tambahan yang membuat kunjungan ke desa ini semakin berharga.

BACA JUGA :  Kalayang Skytrain Soekarno-Hatta: Skytrain Pertama di Indonesia

Jika kamu mencari pengalaman yang unik dan ingin merasakan kehidupan di pedalaman Kalimantan, Desa Tapin Bini adalah tempat yang tepat.

Jangan ragu untuk menjelajahi keindahan alam, budaya yang kaya, dan kehidupan masyarakat Dayak yang ramah.

Selamat menjelajah ke Desa Tapin Bini, dan nikmati keajaiban yang ditawarkannya!


Fahmi

Fahmi adalah penulis catperku.com, Travel Blogger dari Indonesia, Travel Vlogger Indonesia juga. Dulunya mas-mas kantoran, tapi sekarang berjuang menjadi pekerja lepas demi kebebasan memilih waktu liburan. Suka liburan ke Pantai tapi jarang nyebur, hobi trekking karena demen jalan kaki. Suka traveling di Indonesia, tapi juga nggak nolak kalau ada kesempatan liburan ke luar negeri. Travel Blogger Indonesia yang bermimpi buat keliling dunia, traveling jalur darat Asia-Eropa, Naik kereta api lewat Trans-Siberia, lalu menghabiskan masa pensiun di desa kampung halamannya. Nggak banyak kan mimpi saya? Anyway, kalau tertarik membantu mewujudkan mimpi saya, bisa hubungi di [email protected] ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *